Kenyataannya, waktu itu 9 April 2014. Di desaku yang bisa dibilang bukanlah sebuah lokasi terpencil ataupun sulit transportasi, tetapi kenyataannya ada lebih dari 100 warga yang tidak menggunakan hak pilihnya. Bahkan, pada tanggal 8 Juli 2014 orang tuaku pun belum mendapatkan surat untuk memilih. Hingga keesokan harinya pun tidak dapat, dan karena ingin menggunakan suaranya, akhirnya orang tuaku terpaksa meminta tolong untuk memintakan surat hak untuk memilih, dan untunglah saja dapat.Dan tenyata surat hak memilih tersebut jatuh kepada seorang yang salah. Jika di pikir - pikir, misalnya saja ada beberapa yang tidak mendapat surat ini, dan tidak meminta, maka tentu saja ada banyak masyarakat yang tidak ikut memilih.Banyak masyarakat yang masih masa bodoh dengan pemilihan seperti ini. Bahkan, ada yang berpikir ini bukanlah hal yang penting.
Lalu, yang kedua pernyataan dari orang tua saya juga, ia adalah seorang yang menjaga keamanan pemilu. Orang tua saya berkata "gak usah heran di desa ...... saja ada banyak yang gak milih". Itu yang dikatakan, lalu jika satu desa ada 100 orang yang tidak menggunakan hak pilihnya. Jika ini dikalikan dengan desa yang ada diseluruh Indonesia, berapa jumlah masyarakat yang golput? tidak menggunakan haknya? tentu banyak bukan? Jadi, pada intinya tidak seluruh masyarakat Indonesia ikut perpartisipasi. Lalu bagaimana dengan kata - kata ini?
0 komentar :
Post a Comment